Saturday 28 November 2015

Guru yang Gagal


Ada sebuah iklan di televisi yang berbunyi, "buat anak kok coba-coba!" Rasanya semua setuju dengan ungkapan sederhana tersebut. Untuk anak haruslah yang terbaik, jangan coba-coba. Kata coba-coba memang memiliki konotasi yang buruk. Ia melambangkan perbuatan yang tidak pasti hasil dan akibatnya. Tanpa perencanaan dan pengetahuan sebelum melakukannya.

Beralih dari konotasi kata coba-coba atau mencoba di atas, sebenarnya sebagian besar belajar terjadi melalui proses coba-coba. Ketika mempelajari sesuatu yang baru atau sedang memecahkan suatu permasalahan, kita tak pernah dapat memastikan hasil dari upaya yang kita lakukan. Dibutuhkan keberanian untuk mencoba. Namun tentu saja mencoba yang baik adalah yang dilandasi pertimbangan, persiapan dan juga evaluasi pada tiap langkahnya. Thorndike menyebutnya trial and error. Kegagalan pada proses seperti ini hanyalah batu-bata untuk pengetahuan dan hasil yang lebih baik.

Anak-anak umumnya memiliki keberanian alami untuk mencoba. Namun seiring dengan keluasan berpikir dan pengetahuan akan dampak-dampak perilaku, pelan-pelan keberanian tersebut menipis dan menghilang. Inilah yang banyak dialami oleh para guru, seperti juga halnya saya. Setiap guru memiliki mimpi-mimpi mulia akan anak-anak didik dan kehidupan di sekolahnya. Saya yakin guru juga memiliki banyak ide untuk mewujudkan mimpi itu. Berinovasi dalam pembelajaran, ide baru untuk manajemen sekolah, mimpi untuk menguasai teknologi baru dan banyak lagi. Namun takut gagal.

Apakah kegagalan ketika mencoba benar-benar merupakan sesuatu yang memalukan? Mungkin ada masyarakat yang memiliki pandangan seperti itu. Bergosip atau mencibir saat anda melakukan kebaikan yang baru. Tapi sesungguhnya itu adalah ujian awal dari kesungguhan anda. Ketika mereka melihat kesungguhan dan komitmen anda, maka sebagian besar pandangan menyepelekan tersebut akan berubah menjadi lebih serius dan bahkan kagum. Kesalahan-kesalahan yang anda alami harusnya dapat memperbaiki diri anda. Lebih-lebih, kemauan anda untuk mencoba itu akan menulari siswa-siswa, itulah kebaikan terbesarnya.

Jika ada guru yang gagal, saya rasa bukan pada mereka yang mengalami kegagalan dan kegagalan lagi dalam mewujudkan mimpi untuk kebaikan. Guru gagal adalah yang justru tidak pernah gagal karena memang tidak pernah mencoba. Semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment

Rekomendasi