Thursday 5 November 2015

Guru Detektif


Problem kesulitan belajar siswa serta trauma mereka terhadap sekolah adalah hubungan antara siswa dan guru. Ibaratnya sebuah keluarga, jauhnya anak dengan kedua orang tuanya akan berakibat pada peristiwa broken home. Anak-anak akan menjadi sulit menata diri dan melakukan kenakalan-kenakalan yang menghancurkan eksistensi keluarga tersebut. Begitupun dengan anda para guru di sekolah. Kedekatan anda dengan para siswa adalah batu-bata bangunan sekolah yang sebenarnya.

Dekat dengan siswa tidak harus melalui kedekatan fisik. Artinya berada di dekat mereka sepanjang waktu. Kedekatan itu justru membuat mereka seolah merasakan keberadaan anda walaupun tidak sedang bersama anda. Wah kok bisa? Ya, inilah keajaiban jiwa manusia. 

Jadikan interaksi anda dengan mereka penuh kesan akrab. Buat anak-anak itu percaya pada anda hingga mereka mau mengutarakan keinginan atau permasalahan-permasalahan belajarnya. Menurut Erikson, fase eksistensi awal kejiwaan manusia adalah bagaimana membangun kepercayaan seorang anak kepada orang tuanya (dan juga dunia). 

Bagaimana membuat anak-anak percaya pada anda? Tidak ada rumus yang mujarab dan paten untuk itu. Anda harus mengenali mereka dengan baik, dan melakukan pendekatan sesuai dengan karakter tersebut. Sulitkah? Bagi yang tidak biasa mungkin sulit. Anda harus menjadi seorang detektif! Perhatikan bagaimana tingkah anak-anak itu, intai dan curi dengan obrolan dan gurauan mereka. Jangan hanya mengurung diri di ruang guru! Luangkan waktu, berkeliaranlah di sudut-sudut sekolah, lihat apa yang terjadi setiap harinya. Tapi tentu jangan lupakan tugas anda menyusun RPP dan perangkat pengajaran.

Keluarga yang dekat dan akur (juga kepada Allah) dalam Islam disebut dengan sakinah. Saya rasa itu juga berlaku untuk para guru dan siswa di sekolah. Dimulai dengan kedekatan maka proses belajar dan pembentukan karakter yang positif akan menjadi momen-momen yang membahagiakan. Mari buktikan.

No comments:

Post a Comment

Rekomendasi