Thursday 19 November 2015

Guru yang Tidak Lagi Belajar


Menjadi sarjana pendidikan dengan usaha yang jujur memang membahagiakan. Bertahun-tahun proses menuntut ilmu di bidang keguruan penuh dengan cerita sedih, sulit, penuh onak dan duri serta butuh ekstra kesabaran. Ketika wisuda dan sudah pantas menyandang gelar S.Pd yang terbayang adalah senyum kedua orang tua yang sudah lama menunggu. Hati terasa berbunga, seolah penderitaan panjang yang telah dilalui tak terasa. Lebih lengkap ketika tawaran mengajar datang dari suatu sekolah.

Kebahagiaan saat kelulusan dan juga ketika menerima tawaran untuk mengajar disuatu sekolah seringkali membuat lupa. Merasa bahwa kebahagiaan itu menjadi akhir dari semua proses belajar yang telah dilakukan. Akibatnya banyak guru yang secara akdemik bagus ketika sekolah dan kuliah, namun berhenti di tempat. Perkembangan kualitas keguruannya tidak berkembang. Berbagai perubahan zaman seperti teknologi, kurikulum serta tuntutan masyarakat akhirnya tidak dapat diadaptasi. Sungguh sayang!

Persepsi bahwa lulus kuliah dan mulai menjadi guru menjadi akhir dari proses belajar itulah yang menjadi akar masalah. Padahal kenyataannya menjadi guru menuntut kita untuk lebih dan lebih banyak lagi belajar. Ketika kuliah mahasiswa dituntut menguasai konsep dan skill sesuai dengan standar calon guru. Namun ketika telah mengajar seorang guru dituntut untuk mempelajari kondisi siswanya, memperdalam keilmuannya, menyesuaikan kompetensi dengan perkembangan kurikulum dan teknologi yang terjadi. Intinya, menjadi guru tidak menghentikan belajar, bahkan sebaliknya menuntut lebih banyak lagi belajar.

Ketika guru berhenti belajar, maka kualitasnya akan berhenti berkembang. Ia akan stagnan, tetap menjadi seperti guru pemula walaupun usianya tidak lagi muda. Dalam teori perkembangan kualitas guru yang dipaparkan oleh Arends seorang guru pemula cenderung hanya memikirkan performa diri dan juga kepentingan-kepentingan dirinya saja. Target utamanya adalah bagaimana mempertahankan profesinya.

Harapan masyarakat adalah guru yang terus berkembang menjadi guru ahli, yang orientasi utamanya adalah siswa dan bertanggung jawab pada peningkatan kualitas diri. Tentu hal ini juga menjadi keinginan setiap insan keguruan, sebelum ia terjebak ke dalam paradigma yang salah. Jadi, menjadi guru sebenarnya sama halnya dengan menjadi siswa super, yang terus belajar melalui aktivitas mengajarnya.


Tambahan : mengenai teori perkembangan kualitas guru silahkan baca
http://teoriuntukguru.blogspot.co.id/2015/11/tahap-perkembangan-guru.html

1 comment:

Rekomendasi