Wednesday 18 November 2015

Calon Guru Berprestasi



Dalam sebuah acara wisuda, salah satu yang mengharukan para orang tua adalah ketika menyaksikan wisudawan terbaik. Dengan nilai cumlaude, salah seorang calon guru rupanya dapat melambungkan hati kedua orang tuanya yang kebetulan adalah petani. Tidak hanya mereka berdua, seluruh dosen, aparat pemerintahan dan masyarakat yang hadir pasti merasakan kebahagiaan.

Mungkin banyak di antara pembaca yang mengatakan, "itu kan cuma prestasi akademik, hanya sebagian kecil dari prestasi." Jika kita hanya menganalisis kalimat tanpa konteks, maka pernyataan itu sangat tepat. Namun jika kita mau lebih jauh menelaah konteks bagaimana sebuah prestasi akademik dapat diraih, maka kalimat tersebut terasa jauh dari tepat.

Untuk mendapatkan predikat cumlaude, seorang calon guru harus berjuang bertahun-tahun. Seringkali ia harus berhadapan dengan keterbatasan-keterbatasan seperti sarana, dukungan orang tua hingga kondisi kesehatan yang tidak selalu prima. Kebetulan calon guru dalam cerita ini semasa mahasiswa juga aktivis, bahkan ia sempat menjadi ketua BEM. Sungguh besar tanggung jawab yang harus dipikulnya. Bakat kepemimpinan sepertinya sudah teruji sebelum ia benar-benar menjadi guru yang harus berperan sebagai leader di kelas.

Saya berharap begitulah pandangan para guru kepada setiap prestasi akdemik yang diperoleh para siswanya. Selama prestasi itu dicapai secara jujur, maka pastilah ia merupakan akumulasi kerja keras, konsistensi, motivasi, keuletan, kerja sama dengan banyak pihak serta ketahanan mental dari berbagai kegagalan-kegagalan kecil sebelumnya. Bahkan untuk prestasi, sebaiknya kita juga tunjukkan sebagai guru juga tidak kalah.

Prestasi seorang calon guru serasa sangat istimewa, karena saya yakin ia memiliki pengalaman bagaimana menumbuh-suburkan prestasi itu di dalam diri anak-anak didiknya kelak.

No comments:

Post a Comment

Rekomendasi