Monday 9 November 2015

Mengenang Keberanian



Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda
(cuplikan puisiPahlawan Tak Dikenal” Toto Sudarto Bachtiar)

Puisi legendaris karya Toto Sudarto Bachtiar di atas memberi secuil gambaran mengenai keberanian sekaligus kepedihan hidup para pahlawan kemerdekaan. Yang menjadi pertanyaan saya sekarang adalah apa sebenarnya yang mereka rasakan saat itu, bagaimana mimpi-mimpi mereka dapat memberikan keberanian yang luar biasa?Dengan pengalaman hidup, cara berpikir dan angan-angan saat ini sepertinya mustahil untuk benar-benar menjawab pertanyaan tersebut.
Tak perlulah mencapai kebesaran hati seperti orang-orang muda di zaman itu. Mungkin butuh penderitaan ratusan tahun untuk memilikinya. Cukup kagumi dan sadari bahwa semua berkah yang kita rasakan di zaman ini tidak datang secara gratis. Melainkan diperoleh melalui suatu perjuangan panjang dengan semangat puncak yang dimiliki manusia. Mudah-mudahan kesadaran itu menjadi batu pengingat bahwa kita masih punya tanggung jawab untuk menjaga generasi penerus bangsa ini dari keterpurukan.
Bangunlah wahai guru-guru Indonesia. Kita punya sejarah besar. Gen-gen kita mewarisi keberanian yang tak terperi. 


No comments:

Post a Comment

Rekomendasi