Thursday 31 December 2015

Siapa yang Patut Bersyukur?


Sudah umum jika orang tua dan guru menjadi sosok yang dianggap penuh jasa. Rela berkorban banyak hal untuk kepentingan anak-anak dan siswa mereka. Sepertinya tidak ada yang bakalan menyangkal mengenai kewajiban anak dan siswa untuk menghormati dan berterima kasih atas semua jasa dan pengorbanan yang telah mereka dapatkan. 

Orang tua dan guru sering kali menjadi ge er, terlalu percaya diri dan membanggakan diri atas jasa-jasanya untuk merawat, mendidik dan mengayomi anak-anak. Padahal orang yang terlalu percaya diri ujung-ujungnya adalah lupa diri dan tidak bersyukur atas sesuatu yang telah diterimanya. Orang tua dan guru merasa sebagai pihak yang selalu memberi, itulah permasalahannya.

Mari kita sedikit memutarbalikkan cara berpikir yang mungkin selama ini menjadi penghuni ruang kepala kita. Kita sebagai guru dan orang tua memang mendidik dan merawat mereka, namun apakah kehadiran mereka memang semata-mata menjadi beban? Jika anda berpikir seperti mesin atau robot maka jawabannya ya. Tapi jika anda seorang manusia dengan perasaan dan matakognisi maka jawabnnya pasti tidak. Jujur saja!

Bersama anak-anak kita dapat merasakan senyum, tawa dan kebahagiaan yang lepas tanpa pamrih. Hanya dari tingkah polah dan bicara mereka kita mendapatkan suatu penawar atas ketegangan hidup yang penuh masalah. Menceritakan bagaimana "kenakalan" sehari-hari anak-anak memang kadang menimbulkan jengkel, namun sebenarnya lebih banyak tawa di dalamnya. Karenanya banyak guru yang merasa tidak bisa berhenti mengajar. Juga orang tua tidak bisa lepas dari anak-anak mereka. Suami dan istri menjadi lebih dekat dan awet karena perbincangan-perbincangan mengenai kelucuan, keanehan, kreativitas atau bahkan kenakalan buah hati mereka.

Memperhatikan tingkah polah dan tumbuh kembang anak sebenarnya memberi kita cermin, tentang bagaimana kita sebagai manusia selalu berawal dari kondisi seperti itu. Butuh bimbingan dan perlindungan. Membuat kita sadar akan kesalahan-kesalahan lampau. Juga memberi ide yang brillian akan suatu kehidupan yang baru di masa depan. Memberi para orang tua semangat untuk terus hidup, berjuang dan menjadi manusia yang lebih baik.

Kejujuran anak-anak adalah permata yang senantiasa berkilau di sudut-sudut hati kita para guru dan orang tua. Keberadaan mereka adalah amanah dan wujud kepercayaan Tuhan kepada kita para orang dewasa.

Kita harus berterima kasih karena memiliki orang tua dan guru dengan limpahan kasih sayang yang menumbuhkan keberanian dan kebaikan untuk hidup. Tapi kita juga harus lebih banyak berterima kasih atas kehadiran serta senyum anak-anak dan siswa di sekeliling kita.

No comments:

Post a Comment

Rekomendasi