Monday 14 December 2015

Belajar pada Perilaku Anjing


Masih teringat betul peristiwa saat itu, yaitu pertama kali mendapatkan kuliah mengenai teori psikologi perilaku. Bagaimana ilmuwan pelopornya, Ivan Pavlov, mempelajari perilaku anjing dan mencetuskan teori pengkondisian klasik. Salah seorang teman nyeletuk pelan, "kita manusia kok disuruh belajar pada perilaku anjing ya?" Teman-teman tersenyum karena lucu. Untunglah dosen tidak mendengarnya.

Pikiran saya tersentuh oleh ucapan lucu teman itu. "Benar juga, kita manusia kok mau-maunya menerapkan teori yang diambil dari perilaku hewan." Kehidupan manusia lebih kompleks dibandingkan hewan. Apalagi hanya manusia yang diberi karunia akal pikiran. Bagaimana mungkin kita yang berakal justru belajar pada hewan yang tidak berakal budi? Apalagi anjing yang menjadi ikon sumpah serapah keburukan. Saya merasa bahwa teori itu tidak benar. 

Namun karena yang diajarkan dosen pasti masuk ujian, toh saya harus mempelajari teori itu juga.

Beberapa waktu kemudian saya teringat pada kisah anjing Ashabul Kahfi yang dijanjikan Allah masuk surga. Pelan-pelan saya juga membaca betapa Allah tidak malu untuk menyebutkan hewan-hewan dalam wahyunya, terutama ditujukan bagi kita manusia agar dapat belajar memetik hikmah. Kesombongan sebagai manusia, makhluk yang paling mulialah, yang membuat semua ayat di alam akhirnya tidak dapat kita baca.

Jika dulu saya sempat meragukan temuan pavlov akan hikmah dari perilaku anjing, kini tidak lagi. Saya telah teryakinkan bahwa semua makhluk di alam memiliki tanda keagungan yang dapat kita pelajari untuk memperkaya pribadi dan wawasan. Jika makhluk lain saja dapat menjadi "guru," apalagi manusia. 

Dari peristiwa anjing pavlov saya jadi belajar, bahwa proses belajar yang baik membutuhkan pikiran yang terbuka. Logikanya sederhana, karena belajar tujuannya untuk meningkatkan kualitas diri, maka jika kita merasa tinggi secara otomatis pikiran tertutup dari berbagai pelajaran yang kita anggap tidak penting. Yang saya cari saat ini adalah bagaimana membuka pikiran siswa agar mau belajar, bukan karena terpaksa. Betapa luar biasa jika kita para guru sanggup melakukannya.

Alam raya begitu luas hingga tak seorang ilmuwan pun yang sanggup membayangkan keluasannya. Keagungannya tidak hanya terlihat ketika menjadi kesatuan yang maha luas, tetapi pada setiap butir partikelnya pun telah demikian sempurna. Kita hanya perlu membuka mata dan pikiran untuk mempelajari dan menghayati semua itu. Jangan pernah tertutup, kecuali memang sudah tiba waktunya.

No comments:

Post a Comment

Rekomendasi