Thursday 10 December 2015

Ego Sebagai Guru


Albert Einstein kecil adalah seorang anak dengan keingintahuan yang sangat besar. Kerena faktor itulah ia sering melanggar disiplin dan "mengganggu" guru-guru dengan berbagai pertanyaan aneh hingga akhirnya dikeluarkan. Ibu kandung Thomas Alva Edison adalah figur orang tua pendidik yang sangat sabar. Karena dikeluarkan dari sekolah, akhirnya sang ibu mengajari Thomas berbagai keterampilan dan pengetahuan yang harusnya diperoleh anak-anak di sekolah.

Kedua tokoh besar di atas adalah orang-orang yang karir di sekolahnya tidak bagus.  Namun toh kesuksesan mereka di bidang ilmu pengetahuan benar-benar luar biasa. Rasanya tidak ada orang yang tidak kenal nama kedua tokoh tersebut.

Sebagai guru, sering saya dihinggapi oleh perasaan tentang pentingnya peran saya bagi pendidikan dan perkembangan keilmuan para siswa atau mahasiswa. Mungkin hal ini juga anda alami. Senang melihat anak-anak yang penurut dan pandai. Sebaliknya, sebel dan kecewa melihat mereka yang sulit diatur dan tidak memahami pelajaran. Ada perasaan bahwa kerja keras kita untuk menyiapkan pelajaran hingga mengajarkannya di kelas menjadi sia-sia. Ya, itulah guru.

Semua itu memang merupakan wujud kepedulian sebagai guru. Sah dan baik-baik saja selama perasaan tersebut tidak tumbuh menjadi sikap bahwa semua prestasi siswa adalah karena "saya." Pada level ini guru akan menjadi kurang introspektif akan kesalahan-kesalahan dan kelemahan yang mungkin masih banyak ia miliki. Kadang juga saya temui guru yang mendongkrak nilai secara berlebihan karena pandangan salah bahwa nilai bagus siswa menunjukkan sepenuhnya kualitas guru. 

Mengajar para mahasiswa di perguruan tinggi membuat saya mengetahui betapa banyak pengetahuan selama belajar di sekolah yang mahasiswa lupakan. Yang tersisa biasanya adalah yang terus digunakan. Jadi, ilmu pengetahuan, sikap atau keterampilan yang kita ajarkan pada akhirnya akan dilupakan jika tidak siswa gunakan. Kita para guru hanya perantara atau penyampai saja. Keberadaan ilmu pada diri siswa ditentukan oleh keinginan dan usaha mereka sendiri. Dan hidayah Tuhan semesta alam tentu saja.

Tugas terberat guru pada akhirnya adalah menumbuhkan dan memberi contoh tentang semangat belajar. Karena melalui semangat itulah siswa dapat mempertahankan dan bahkan mengembangkan berbagai memori belajar bersama kita para gurunya.

No comments:

Post a Comment

Rekomendasi