Wednesday 11 November 2015

Komunikasi Guru


Guru juga pernah menjadi siswa. Kita semua demikian. Di antara sekian banyak guru yang mengajari kita di masa silam, tentu masih terbayang bagaimana karakter komunikasi mereka. Coba anda bayangkan salah satu di antara guru anda. Yang ketika mengajar tampak lesu dan seolah terpaksa mengajar. Tidak ada semangat. Bagaimana kondisi kelas saat itu? Mungkin para siswa diam karena takut, atau mengantuk. Yang parah jika ramai sendiri tak menggubris guru di depan kelas.

Berbicara ternyata tidak hanya aktivitas mulut yang mengeluarkan suara-suara tertentu. Dalam studi komunikasi ternyata diketahui bahwa bahasa tubuh memegang peran sangat penting bagi kesuksesan seorang pembicara. Kita cenderung lebih mengingat gaya tubuh para guru kita dari pada detail kata-katanya. Bagaimana senyum, tatapan mata dan gaya berjalannya. Hal tersebut memberi sedikit contoh betapa manusia sangat sensitif pada bahasa tubuh.

Berbagai teori kelas berat yang keluar dari mulut seorang guru bisa tidak berdampak apapun ketika gestur tubuhnya menunjukkan kemalasan untuk mengajar. Suara yang lembut bisa jadi menakutkan siswa ketika diiringi sorotan mata dan senyum yang seperti menikam jantung. Wajah kaku membuat tidak bersemangat. Berbicara hanya dari tempat duduk sepanjang jam pelajaran tentu menebar kepasifan ke seluruh antero kelas.

Kita tidak hanya berbicara dengan mulut tetapi seluruh tubuh. Karena itu para guru harus memanfaatkannya seoptimal mungkin. Manusia seolah memiliki suatu insting alami untuk mengetahui bahasa tubuh lawan bicaranya. Ditambah lagi, gerakan aktif kita ternyata tidak hanya berpengaruh pada siswa melainkan juga pada diri sendiri.

1 comment:

Rekomendasi